Tuesday, September 01, 2009

Siri 13 (Akhir): Mati Secara Terhormat

Bismillah...

Sebagaimana di Mesir, hal yang sama terjadi pula di kalangan generasi pertama Iraq seperti yang dilakukan oleh Abu Safwan ad-Dabbagh, penulis risalah yang berjudul Ma'a an-Nasyi'ah, sebuah risalah yang nipis tapi bagus sekali.

Salah seorang yang terpercaya di antara teman-temannya menceritakan kepadaku sebagai berikut:

"Ia menderita sakit kanser dan penyakitnya itu makin parah di tahun 1952. Penyakitnya itu memaksanya berbaring di hospital selama beberapa hari, seakan-akan ia merasakan dirinya berada di penghujung usianya, lalu ia meminta agar dapat bertatap muka dengan pemimpin dakwah saat itu. Maka datanglah pemimpin itu dengan ditemani oleh para da'i lainnya, di antaranya adalah perawi kisah ini sendiri. Ia memberitahukan kepada mereka bahawa ajalnya semakin dekat lalu ia membaca syahadah dan membaca sesuatu dari al-Quran. Setelah itu, ia menjabat tangan pemimpinnya dan menyatakan pembaharuan bai'ahnya dan kesetiaannya kepada dakwah. Ia menitipkan salamnya kepada mereka untuk semua para da'i yang ada saat itu juga kepada para da'i lainnya yang akan datang kemudian. Sesudah itu ia mengulangi kalimah syahadah dan meninggal dunia saat itu juga sesudah memperbaharui bai'ahnya."


Semoga Allah merahmatinya.
Renungkanlah.
Itulah kesudahan yang terpuji dan tidak akan dicapai kecuali oleh orang yang mempunyai prinsip yang benar dalam hidupnya.

Renungkanlah ketinggian cita-citanya yang seakan-akan ia berada di ruang tunggu air port sedang mengucapkan selamat tinggal atau seperti orang yang berada di stesen kereta api di trotoar relnya.

Seorang saudaramu telah terlebih dahulu meninggalkan kehidupan ini, barangkali saat itu engkau belum lahir. Ia menitipkan salam penghormatannya untuk disampaikan kepadamu dan ia meminta kepadamu supaya tetap teguh dan concern dengan tugas dakwah seperti yang telah dialaminya semasa ia sihat dan masih aktif. Ia mengalaminya pula pada detik-detik akhir dari hidupnya sehingga ia merasakan pula nikmatnya perjalanan menuju Tuhan yang telah mengurniakan nikmat kepada hamba-hambaNya.

Sesungguhnya dalam kisah-kisah ini benar-benar terkandung pelajaran yang tidak memerlukan lagi ungkapan yang indah-indah dan paramasastra yang dibuat-buat oleh para pujangga untuk mengutarakannya.

Memang benar bahawa cita-cita itu bertingkat-tingkat dan cita-cita itu sama sekali tidak dapat mencapai puncak ketinggiannya saat kesudahan dan kepudarannya, kecuali bila sejak langkah pertamanya memang telah dicanangkan cita-cita yang tinggi.

Itulah peristiwa-peristiwa dan kisah-kisah yang dialami oleh para da'i yang bisa diambil pelajaran dan nasihat darinya. Orang yang bercita-cita tinggi adalah orang yang mengatakan, "Ya Allah himpunkanlah kami bersama dengan mereka di rumah kehormatanMu (syurga)."

Demikianlah kami ceritakan kisah-kisah ini kepada para da'i Islam. Mudah-mudahan mereka mengikuti jejaknya.

Wallahu a'lam bish Shawab.

p/s1 Siri Pembangun Jiwa 1 - 13 diambil daripada buku Ar-Raqaiq (Pelembut Hati) yang ditulis oleh Ustaz Muhammad Ahmad Ar-Rasyid.

p/s2 Alhamdulillah (^_^)

0 shuriken:

Template by - paley_11 | Daya Earth Blogger Template