Thursday, October 23, 2008

Antara Ahli Bicara dan Pekerja

Sesuatu yang pantas diingat adalah Islam tersebar ke India dan wilayah lainnya melalui para pedagang, bukan melalui ulama. Tetapi para pedagang itu berhasil menampilkan dirinya sebagai seorang muslim yang patut diteladani kerana mereka terpercaya dan jujur.

Harap diketahui, bahawa dakwah apapun, dengan pemahaman yang dibawanya -terlepas dari benar dan tidaknya pemahaman itu, apakah ia bersumber dari sumber akidah yang benar atau kebohongan belaka- maka janganlah kamu melihat pada awalnya, ketika dia tidak memiliki apa-apa. Lihatlah setelah mereka menang dan memiliki segala fasilitas keduniaan, nescaya akan kamu dapatkan dari kebanyakan mereka berbagai penyelewengan yang muncul. Tahulah kita apa yang sebenarnya mereka dakwahkan adalah ketika mereka belum memiliki apa-apa. Adapun setelah dunia terkuasai, maka terbukalah bagi mereka pintu syahwat dan memperturutkan hawa nafsu. Itulah kemudian mengotori dan merosak prinsip mereka sendiri.

Hal ini menimpa semua ideologi yang tersebar di seluruh belahan dunia. Ketika mereka memunculkan revolusi, maka yang diinginkan semula adalah perbaikan, mengganti sistem yang rosak dengan sistem yang mereka yakini kebenarannya. Namun setelah beberapa masa, ada tuduhan yang tertuju kepada mereka bahawa mereka telah menyimpang sehingga perlu diluruskan. Kemudian terjadilah revolusi berikutnya, dan demikian seterusnya. Mengapa ini bisa terjadi? Tidak lain kerana mereka inginkan sebatas dunia, yakni kekuasaan dan tampuk pemerintahan bukan untuk perbaikan bukan pula untuk menegakkan hukum Allah.

Adapun seorang dai, dia berbicara tentang manhaj Allah yang telah digariskan-Nya untuk mengatur kehidupan di muka bumi ini. Itulah sistem hidup di mana kehidupan ini tidak akan berjalan dengan baik dan tertib kecuali apabila manhaj itu diterapkan secara utuh. Dan tidak mungkin diterapkan manhaj itu kecuali apabila terdapat orang-orang yang beriman kepadanya dan mempunyai komitmen untuk melaksanakan aturannya. Oleh kerana itu, Nabi saw tampil sebagai teladan bagi manusia baik dalam ucapan mahupun perbuatan. Engkau harus menyedari bahaya dakwah yang hanya mengandalkan untaian kata-kata, yang secara lahiriyah nampak sebagai rahmat tetapi hakikat di dalamnya terkandung azab. Cubalah dengarkan apa yang pernah disampaikan oleh seorang pelancong muslim di negara Andalus (Spain). Ia berkata,"Sesungguhnya guide (penunjuk jalan) yang memberi petunjuk jalan kepadaku di antara peninggalan-peninggalan Al-Hambra itu berbicara tentang kaum muslimin dengan kata-kata yang keras. Padahal, seungguh kaum musliminlah sebenarnya yang pernah memiliki daulah di sini. Ketika itu, Allah menjadikan mereka sebagai khalifahNya, kemudia mereka terusir dari negeri ini ketika mereka mulai berpecah-belah".

Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggungjawabmu terhadap mereka (Al-An'aam:159)

Semoga Allah meredhai Imam Syahid Hasan Al-Banna, ketika beliau mengingatkan para pengikut dakwahnya terhadap makna ayat tersebut. Beliau berkata,"Sesungguhnya tukang bicara itu berbeda dengan ahli amal dan ahli amal itu berbeda dari ahli jihad dan ahli jihad itu berbeda dari ahli jihad yang produktif dan bijaksana. Dia memperoleh keuntungan yang gemilang dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya.

Sesungguhnya kebanyakan orang bisa berbicara tetapi sedikit sekali di antara mereka yang mampu bertahan ketika harus beramal. Dari sedikit yang bisa bertahan beramal itu, sedikit sahaja yang mampu memikul beban jihad yang berat di atas jalan yang terjal ini. Mereka, para mujahid itu adalah orang-orang terpilih yang sedikit jumlahnya. Oleh kerana itu, para pendukung dakwah bisa saja tersesat jalan dan tidak sampai kepada sasaran yang dituju klu dia tidak menyandarkan diri kepada pertolongan Allah.

Dalam kisah Thalut ada penjelasan terhadap apa yang saya katakan. Maka persiapkanlah dirimu dan didiklah dengan pendidikan yang benar serta ikhtiar yang mendalam. Ujilah dirimu dengan amalan yang kuat yang seringkali tidak menyenangkan dan sangat berat. Sapihlah dirimu dari keinginan-keinginan dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang melenakan.

Sesungguhnya untuk dapat mewujudkan cita-cita besar yang kita inginkan, memerlukan orang-orang yang berjiwa besar dan mempunyai motivasi yang kuat serta kesetiaan yang teguh serta orang-orang yang mempunyai semangat berkorban yang semua itu dilandasi dengan iman dan ikhlas. Oleh kerana itu, sesungguhnya tanggungjawab para dai terhadap dirinya jauh lebih besar dibanding tanggungjawab mereka kepada masyarakat. Sebab bahaya pengabaian (taqhshiir) yang ada pada diri dai berupa terbengkalainya kewajiban-kewajiban juga jauh melebihi bahaya pengabaian yang ada pada masyarakat berupa tidak tertunaikannya hak-hak.

Hendaklah para dai menjadi suri tauladan yang baik bagi masyarakat di mana mereka berada, sehingga tampak dalam kehidupan mereka tanda-tanda risalah yang mereka dakwahkan kepada manusia dan tergambar dalam langkah-langkah mereka percikan-percikan cahaya dari prinsip yang mereka bawa. Dengan demikian, manusia dan masyarakat di sekeliling mereka akan merasakan adanya keterlibatan diri mereka dalam kancah gerakan dakwah itu. Dengan demikian akan ada pengaruh yang bisa dirasakan di dalam dakwah dan tabligh.

Wallahua'lam

Fiqh Dakwah
Ustaz Dr Jum'ah Amin Abdul Aziz

0 shuriken:

Template by - paley_11 | Daya Earth Blogger Template